Friday, July 08, 2005

8 Dimensi kecerdasan

Dibawah ini saya kutipkan tulisan dari berbagai sumber, termasuk dari makalah Bpk.Reza M. Syarif
tentang 8 Dimensi kecerdasan. Tinggal dilihat dan direnungkan, ada nggak salah satu atau banyak, yang
kita miliki.

1. Linguistic Intelligence
Jika ini kuat dimiliki oleh seseorang, dia akan menjadi: Pengarang yang handal, speaker/trainer,
sastrawan, jurnalis, PR, marketer, sales. Skill yang dibutuhkan: Listening to learn, speaking,
reading dan writing.

2. Logical Mathematical Intelligence
Mereka adalah: para ilmuwan, peneliti, mathematician, programmer dan engineer. Skill-nya: berpikir logis, mathematical thingking, working with number.

3. Spatial and visual Intelligence
Mereka adalah; pemahat/pematung, arsitek, pilot, pelaut, sopir.

4. Bodily Kinesthetic Intelligence
Mereka adalah: olahragawan, penari, pesilat/kung fu dll,pemain drama/akting.

5. Musical Intelligence
Mereka adalah; komponis/pencipta lagu/musician,dirigen.

6. Interpersonal Intelligence
Mereka adalah: teacher, social worker,aktor/aktris, politicus. Skill-nya: kemampuan berkomunikasi dan management conflict

7. Intrapersonal Intelligence
(adalah kemampuan mengenal diri "who am I?") Mereka adalah ahli teologi dan filsafat.

8. Moral Intelligence
Kemampuan memperbaiki masyarakat atau lingkungan sekitarnya. Kata-katanya baik, logikanya jalan.

Keunikan Gaya Belajar dan Kecerdasan Anak

Reseptif adalah tipe temperamen terakhir yang menjadi pelengkap empat tipe temperamen anak. Membuat anda lebih memahami anak bukan? Namun, tak cukup hanya sampai disitu. Setiap anak ternyata juga memiliki keunikan dalam gaya belajar dan kecerdasan yang juga perlu diperhatikan pendidik. Pengetahuan akan dua hal ini tentunya akan semakin membantu pendidik menemukan langkah paling pas untuk membimbing anak belajar atau bersekolah. Yang mana tipe anak anda?
TIPE TEMPERAMEN RESEPTIF
1. Selalu mau tahu apa yang akan terjadi berikutnya dan juga harus tahu apa yang dapat diharapkan. Jika mereka mengerti alirannya, mereka lebih mudah diajak kerja sama
2. Tidak suka situasi baru. Mereka membutuhkan rutinitas, pengulangan dan segala hal harus ada ritmenya
3. Butuh waktu makan, waktu tidur, main, waktu khusus dengan pendidik, dll yang jelas. Mereka senang dengan kata-kata "sekarang waktunya makan" atau "sekarang kita akan melakukan ."
4. Tidak bisa cepat mengambil keputusan dan tidak dapat menjawab apa yang mereka inginkan, pikirkan atau rasakan. Mereka butuh waktu untuk menyesuaikan diri dan harus diberitahu harus bagaimana. Namun mereka tidak senang dipaksa atau disuruh cepat-cepat.
5. Tidak bisa mengarahkan dirinya, kreatif atau inovatif.
6. Tidak tertarik untuk menjadi pemimpin atau terlibat, mereka cukup hanya melihat dan mengamati. Bagi anak reseptif, mengamati berarti terlibat
7. Tidak akan tertarik untuk mengerjakan sesuatu yang baru hanya dengan alasan. Berikan kegiatan spesial pada waktu spesial.
CONTOH KASUS
Si reseptif berusia 4 tahun akan mengamati dengan seksama kegiatan temannya tanpa merasa diabaikan. Ini bukan masalah. Karena pada akhirnya, anak juga akan terlibat. Untuk merangsangnya terlibat, jangan katakan "Kamu mau ikutan?" tapi katakan "Ayo Abang, sudah waktunya kamu ikut main yuk?" Jika menolak katakan "Baik, ibu lihat kamu masih lebih senang melihat. Beritahu ibu ya jika kamu sudah siap ikut main."
DISIPLIN
Anak reseptif akan mau terlibat jika diberikan suasana ritual yaitu agar anak merasa spesial maka ia butuh kegiatan spesial pada waktu yang spesial pula. Ritual menyenangkan ini akan membentuk ingatan yang menyenangkan bagi anak sehingga anak menjadi aman sepanjang hidupnya.
Anak reseptif juga butuh sesuatu yang menumbuhkan rasa aman tapi tidak terlalu spesial yaitu ritme (ada waktu aktif, ada waktunya istirahat, ada waktu memulai tapi ada juga waktu untuk membereskan).
Segala tingkah laku yang berulang-ulang, rutinitas, atau ritual akan memberikan rasa ritme dalam kehidupan. Anak menjadi nyaman jika dia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya
YANG HARUS DIPERHATIKAN
1. Anak reseptif seringkali terabaikan oleh guru karena pendiam dan tidak menuntut. Anak ini perlu diberi motivasi dan tantangan karena mereka sebenarnya lebih suka tidur atau tinggal di rumah.
2. Anak reseptif harus diberi pekerjaan, kalau tidak mereka tidak akan mengembangkan minatnya. Tapi hal ini harus disertai dengan rutinitas, ritual dan ritme yang dapat mendukung mereka untuk berani secara bertahap mengambil resiko karena mengerjakan sesuatu yang baru
KEPRIBADIAN SAAT DEWASA
Anak reseptif jika mendapatkan ritme yang mereka butuhkan, dapat mengembangkan kekuatan mereka dalam melakukan pengaturan (organizing). Mereka dapat menciptakan keteraturan dan empertahankannya, tenang, damai dan praktis. Mereka pun dapat mengatasi hambatan untuk mencapai tujuan dan sangat berbakat dalam menenangkan/membuat nyaman dengan dukungan yang penuh
cinta. Mereka bergerak dengan lambat tapi mantap dan solid.
CARA BELAJAR
1. VISUAL
Ciri-ciri: Mudah mengingat gambar, rapi, terorganisir, pengamat dan penampilannya ok, mengingat dengan gambar dan lebih suka membaca sendiri daripada dibacakan
Untuk Meningkatkan Daya Serap
Anak membutuhkan gambar untuk dilihat dan diamati, seperti foto, diagram, grafik, poster dan gambar yang berwarna warni.
2. AUDITORI
Ciri-ciri: Mudah mengingat suara dan berbagai variasi kata, Konsentrasi mudah pecah, Senang berbicara dalam hati atau dengan orang lain, Belajar melalui mendengar, Bisa menangkap instruksi verbal tanpa diulang.
Untuk Meningkatkan Daya Serap
- Anak butuh mendengar cerita, pelajaran yang dikemas dalam bentuk nasyid,puisi, diskusi.
- Anak juga membutuhkan kaset tilawah, kaset cerita atau suara-suara lain.
3. KINESTETIK
Ciri-ciri: mudah mengingat gerakan dan ungkapan wajah/ekspresi emosi, kalau berbicara senang menyentuh orang lain, berdiri dekat dengan orang yang diajak berbicara, banyak bergerak, belajar langsung dengan mengerjakan, membaca sambil menunjuk, senang dengan kegiatan fisik, menghafal dengan berjalan mondar-mandir dan mengamati.
Untuk Meningkatkan Daya Serap
Anak membutuhkan hands-on learning. Benda yang dapat langsung disentuh,dipegang dan dirasakan anak.
KECEPATAN BELAJAR
1. Jenis PELARI
Ciri-ciri: belajar dengan cepat l melihat, mencoba dan langsung bisa
Contoh: Anak melihat anak lain belajar naik sepeda. Tak lama kemudian, dia akan meminjam sepeda dan\\'85 jangan kaget! dia langsung bisa
2. JENIS PEJALAN KAKI
Ciri-ciri: membutuhkan waktu untuk mempelajari sesuatu, setiap kali diberi pelajaran selalu dapat menunjukkan kemajuan pujaan pendidik karena pendidik merasa berguna, menyenangkan dan tipe anak mudah
Contoh: Untuk dapat naik sepeda, anak harus diajarkan secara bertahap.
Selangkah demi selangkah, anak akhirnya akan mampu naik sepeda.
3. JENIS PELONCAT
Ciri-ciri: anak yang paling sulit dan memberikan banyak tantangan pada pendidik, butuh waktu bertahun-tahun untuk belajar karena mudah lupa, kalau diberi pelajaran seperti tidak ada kemajuan, namun tiba-tiba saja secara misterius anak bisa seperti orang meloncat saja
Contoh: Berbulan-bulan diajar selalu lupa dan tidak menampakkan kemajuan. Ketika pendidik mulai kesal dan malas untuk mengajar anak naik sepeda. Tiba-tiba suatu hari (yang juga tidak dapat ditebak kapannya) anak dapat naik sebeda dengan baik. Wallahu\\rquote alam bishowab. Jadi anak ini sangat
membutuhkan dukungan pendidik.
MACAM-MACAM KECERDASAN
1. KECERDASAN AKADEMIK
Keterangan: prestasi sekolah baik, dapat duduk, mendengar dan belajar di kelas dengan tenang, mampu menyerap, memahami dan mengulang pelajaran, senang membaca, menulis dan mendengarkan ceramah
2. KECERDASAN EMOSIONAL
Keterangan: mampu mempertahankan persahabatan yang harmonis, sadar dan mampu merasakan perasaan orang lain dan mengerti sudut pandang orang lain (empatik)
3. KECERDASAN FISIK
Keterangan: menonjol dalam bidang olah raga, sehat, kuat dan penuh semangat, tahu bahwa tubuhnya butuh olah raga dan makanan yang sehat, senang merasa
sehat dan tampil sehat
4. KECERDASAN KREATIF
Keterangan: memiliki kemampuan imajinasi yang lebih dibanding orang lain,mampu berfikir berbeda, tidak masalah jika harus bermain sendirian
5. KECERDASAN SENI
Keterangan: lebih menyukai kegiatan; menyanyi; mendesain; menggambar; drama;akting
6. KECERDASAN PRAKTIS
Keterangan: tidak suka mendengar ceramah, senang dengan informasi praktis,senang belajar hal yang berguna untuk hidup dan ada hubungannya dengankehidupan
7. KECERDASAN INTUITIF
Keterangan: mampu memahami dan menangkap yang tersirat dari yang tersurat dengan mudah, senang belajar agama, biasanya memiliki indra ke enam
8. KECERDASAN KEBERBAKATAN
Keterangan: menonjol hanya di salah satu bidang saja dan kurang mampu di bidang lain, mudah bosan dan tidak termotivasi jika rangsangan kurang menantang.
Banyak hal ditawarkan untuk dapat memahami anak, namun orangtua tetap menjadi subjek yang paling tahu tentang anak mereka. Gunakanlah hati untuk mendidik anak dan meminta fatwa. Caranya mudah dan murah kok, cukup dengan usaha mendekatkan diri kepada Allah swt, serta rela diatur oleh Allah,
Al-Qur'an dan Hadits.
Wallahua' lam bishowab.

Friday, July 01, 2005

rahasia otak kecil

Setiap bayi memiliki potensi milyaran sel otak yang siap mendapat rangsangan. Sentuhan, lingkungan yang ramah otak, dan hands on, adalah beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengoptimalkan fungsi otak anak.
Sebagian ahli berpendapat, sel otak seorang bayi sebanyak bintang yang bertebaran di langit. Ada pula yang menduga, jumlah sel otak kurang lebih 100 milyar. Seluruh sel ini punya peran penting dalam menunjang
fungsi otak sebagai pengatur semua kemampuan manusia di masa dewasa.

Super cerdas dengan hanya 7 persen Namun, meski ada milyaran sel otak, nyatanya tak semuanya berkembang sempurna, karena amat tergantung pada stimulasi yang diterimanya. Konsultan Keluarga Budi Darmawan, menyatakan stimulasi ini memang amat menentukan sejauh mana jaringan sel-sel otak dapat berkembang. Jika sedikit mendapat stimulasi, bisa jadi yang berkembang hanya 1 persen dari sekian milyar sel otak. Sebaliknya, bila stimulasinya banyak, perkembangannya pun bisa lebih besar lagi.
Berbicara tentang sel yang aktif, Maxwell Malt, seorang peneliti asal Amerika mengemukakan pendapatnya tentang hubungan sel otak yang aktif dengan kecerdasan. Bila manusia dapat mengaktifkan sekitar 7 persen
saja dari sel otaknya, ujar Malt, maka gambaran kecerdasan orang itu adalah bisa menguasai 12 bahasa dunia, memiliki 5 gelar kesarjanaan, dan hapal ensiklopedi lembar-demi lembar, huruf demi huruf, yang satu setnya terdiri dari beberapa puluh buku. Menanggapi ini, Budi Darmawan menyatakan, "kalau kemampuan itu digunakan seorang muslim untuk menghapal, tentu dia mampu menghapal Qur'an dan sunnah Rasulullah
sekaligus."

Sentuhan, Lingkungan Ramah Otak, Hands on Ada beberapa faktor yang akan merangsang fungsi otak anak. Pertama, anak sangat membutuhkan sentuhan. Saat anak tidak mendapat sentuhan, sel otaknya banyak yang mati. Karenanya, ditemukan bahwa anak-anak yang berada di keluarga yang hangat dan sakinah, cenderung memiliki perkembangan otak yang bagus.
Kedua, faktor lingkungan. Lingkungan yang baik bagi perkembangan otak anak adalah yang ramah otak. Misalnya saja, tidak banyak teriakan-teriakan yang menakutkan, dan anak kerap mendapat panggilan
sayang.
Ketiga, stimulasi yang benar, dengan memberikan berbagai permainan hands on. Hands on artinya permainan yang bisa disentuh, dipelajari, dan dieksplorasi. Selama rentang usia bayi, sebaiknya mereka mendapat rangsangan hands on, yaitu pengenalan tiga dimensi. Dengan rangsangan tersebut, anak diberi kesempatan untuk mengeksplorasi dunia. Dia boleh main pasir, air, tepung, dan segala macam permainan lainnya. Saat memasuki usia TK sampai SD ke atas, barulah anak diperkenalkan proses pembelajaran dua dimensi.

Konsekuensi, bukan hukuman
Hukuman (punishment) sesungguhnya tidak pernah ramah buat otak. Kalau anak sering disiksa, secara verbal maupun fisik, dipukul, atau dituding sebagai anak yang bermasalah, maka fungsi dan lampu otaknya
akan mati, terutama di bagian tengah, yaitu bagian emosional. Anak akan sangat terpukul dengan kata-kata yang negatif. Berbagai siksaan, ancaman, verbal atau fisik, akan mengurangi daya fungsi otak secara
keseluruhan.

Lantas bagaimana orangtua bisa menegakkan disiplin pada anak? "Sosialisasikanlah anak dengan konsekuensi. Bukan dengan hukuman," ujar Emmy Soekresno, Konsultan pendidikan Jerapah Kecil, seraya menambahkan, "sebab hukuman sangat tidak efektif. Anak tidak teringat pada kesalahan, tapi teringat pada apa yang diucapkan kepadanya,"

Penerapan konsekuensi ini, ujar Emmy pula, sebenarnya sejalan dengan perintah Allah swt dalam Al Qur'an. "Bagi siapa yang shaum, maka akan mendapat pahala..." Itu sebuah konsekuensi yang jelas, jika tidak
shaum, tidak dapat pahala. Maka, kalau misalnya anak tidak mau bekerjasama, guru jangan memberi anak stempel muka cemberut melainkan bisa berkata, "Siapa yang mengikuti permintaan Ibu, akan diberi stempel muka senyum. Bagi yang tidak, tidak akan dapat stempel." Itulah konsekuensi. Orangtua dan guru pun harus mampu menerapkan percakapan yang Brain Friendly. Artinya, ramah terhadap otak. Bicara tidak berteriak,
menuduh, memberi nilai-nilai negatif atau bernuansa negative thinking. Berbagai penelitian menunjukkan, bila orangtua terbiasa ramah kepada anak, otak anak pun menjadi ramah. Dan saat otak menjadi ramah,
penggunaannya juga akan maksimal.

Masa pesat perkembangan otak anak
Lima tahun pertama kehidupan anak merupakan masa pesat perkembangan otak hingga masa ini sering disebut sebagai golden periode. Bahkan, anak di usia 5 tahun pertama diketahui punya kemampuan photographic memory, mengingat seperti mata kamera. Di atas lima tahun, kemampuan memorinya menurun. Tidak sehebat dan sepeka di masa golden periode.

Lebih jauh Emmy menjelaskan, meski secara keseluruhan, fungsi otak bekerja bersamaan, namun, ada penekanan-penekanan atau waktu prima (prime time) bagi otak. Misalnya, untuk belajar bahasa asing, misalnya bahasa Inggris, waktu primanya adalah pada usia 4-12 tahun. Pada usia ini, belajar dengan permainan dan sambil ketawa-ketawa pun, anak sudah bisa bicara bahasa Inggris. Setelah itu, ada second chance, kesempatan kedua untuk belajar, yaitu pada usia 12-15 tahun. Setelah usia 15 tahun, masih bisa belajar bahasa Inggris, tetapi lebih sulit.

Milyaran sel otak ini terbagi dalam beraneka bagian seumpama wadah yang siap diisi. Pada usia 12-13 tahun, akan terjadi pemangkasan sel otak. Pada saat itu, otak akan memeriksa isi otak itu sendiri. Jika ada tempat kosong, misalnya bagian kecerdasan emosi yang tidak pernah dilatih sejak usia 1 hingga 12 tahun, maka bagian itu akan dibuang.

Itu sebabnya, target orangtua setiap hari adalah bagaimana caranya mengisi otak dengan maksimal dengan memberi stimuli yang maksimal pula. Begitupun, jangan tergesa-gesa. Bila suatu ketika guru atau
orangtua ingin anaknya mampu menulis, membaca dan berhitung di usia dini, sama saja mereka tengah menghilangkan beberapa aspek kehidupan anak. Karena sebelum melakukan ketiga hal tersebut, ada tahapan yang harus dijalani.

Sebelum bisa menghitung, anak harus bisa menggambar. Sebelum bisa menggambar, anak harus mampu memegang pensil. Sebelum mampu memegang pensil, maka anak perlu melatih motorik halusnya misalnya dengan bermain pasir. Dengan bermain pasir, anak sesungguhnya sedang menghidupkan otot tangannya dan belajar estimasi dengan menuang atau menakar, yang kelak semua itu ada dalam matematika.

Sejak dalam kandungan
Emmy menjelaskan beberapa langkah yang perlu diterapkan untuk mengoptimalkan fungsi otak anak. Pertama, tunjukkan rasa cinta dan ungkapkanlah rasa sayang pada anak. Kedua, peduli pada basic needs anak. Penuhi kebutuhan gizi anak dengan tetap memperhatikan kebutuhan psikologisnya. Misal, memberi makan tanpa paksaan. Ketiga, budayakan dialog dalam keluarga. Menurut Emmy, ada dua hal yang tidak bisa dipelajari oleh anak sendiri, yaitu moral, soal baik dan buruk, dan bicara. Kemampuan lainnya bisa dipelajari sendiri, orangtua hanya perlu memfasilitasi.

Tak kalah penting, ada kesadaran bahwa kesuksesan pengoptimalan fungsi otak si kecil, harus dimulai saat bayi masih dalam kandungan. Ibu hamil harus menjaga ketenangan batin, pikiran, termasuk pola konsumsi
dan cara makan. Itu akan sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan bayi. "Karenanya, bapak pun harus ikut hamil saat istrinya hamil. Berikan back up sepenuhnya agar pertumbuhan dan
perkembangan janin, termasuk otaknya, menjadi baik," tutur Budi mengingatkan para ayah.
sumber: majalah ummi

SEKOLAH IMAJINAS


peran penting kecerdasan emosi dalam memaknai kehidupankhususnya kehidupan yang terkait dengan kegiatan belajar dan mengajar di sekolah. Saya merasakan sekali bahwa sekolah-sekolah di masa kini tampak kering dan gersang dari kemeriahan plus kegairahan yang menebar emosi. Memang, di luar kelas, di jam-jam istirahat, kita dapat menemukan tawa cerita di antara para siswa yang bersekolah. Namun, setelah jam istirahat selesai, kesuntukan pun dimulai.Ibarat mesin, sekolah, dan seluruh perangkat yang ada, seperti kehabisan pelumas atau oli. Bergeraknya roda sekolah seperti berderik-derik dan cepat panasatau membuat gerah. Sekolah seperti sebuah tempat yang amat kurang tetanaman yang menghijau dan gemericik air yang mengalir-menyegarkan. Sekolah bagaikan padang pasir yang terus mengepulkan debu, dan di kejauhan tampak para petualangyaitu para siswa dan gurunyayang kepayahan menahan dahaga.Untuk melumasi sekolah, menurut saya, salah satunya adalah bagaimana para penggiat sekolah memanfaatkan emosi. Tampaknya, hampir seluruh mata pelajaran yang diajarkan di sekolah perlu dilumuri emosi. Para siswa perlu didorong secara aktif untuk melibatkan diri subjektifnya secara total dengan mata pelajaran yang ingin dipelajarinya. Sementara itu, para guru sesekali perlu menyingkirkan kurikulum ketika menyampaikan mata pelajaran yang diajarkannya, dan mulai mencari sisi-sisi yang lebih kaya, luas, manusiawi, dan menggugah yang diperiknya dari ladang kehidupan nyata.Para guru, selain juga perlu mengaitkan diri subjektifnya dengan ilmu yang dikuasai dan ingin diajarkan kepada para siswa, tampaknya harus mencari kisah-kisah yang cair mengalir berkaitan dengan ilmunya. Sebuah ilmu tak akan memberikan makna jika tidak ada cerita atau muatan emosi di dalamnya.Artinya, rumus-rumus atau definisi-definisi itu akan kehilangan darah jika dijejalkan tanpa ada latar belakang kenapa ilmu itu muncul dan untuk apa ilmu itu dipelajari. Di sinilah Lantas, bagaimana bentuk pengajaran yang dapat dilakukan di sebuah sekolah imajinasi? Baik, saya akan merumuskan lebih dahulu apa yang saya maksud dengan imajinasi dan apa itu sekolah imajinasi. Imajinasi,sejauh yang saya tahu, adalah potensi ataukatakanlah daya-hebatyang dimiliki oleh manusia yang dapat membawanya hidup bukan saat ini dan di sini.Imajinasijika dapat dilatih dan digunakan secara konsistenakan memampukan seseorang untuk menciptakan sesuatu yang belum pernah ada.Bagi saya, imajinasi adalah kemampuan bermimpi atau kemampuan membayangkan sesuatu di depan yang kemudian membuat yang mampu membayangkan itu dapat terdorong untuk hidup di masa depan secara optimis dan memiliki harapan lebih baik. Imajinasi, ada kemungkinan, dapat dikaitkan dengan motivasi. Atau, yang lebih dahsyat,imajinasi dapat dikaitkan dengan keinginan mencapai sesuatu yang hebat dan lebih menarik secara habis-habisan. Imajinasi bukan terkait dengan mimpidi siang bolong atau para pengkhayal dan pelamun yang kakinya tidak berpijak di bumi. Imajinasi membawa diri terbang jauh ke angkasa, tetapi ada semacam taliyang tetap menghubungkan diri yang terbang itu dengan bumi.Sekolah imajinasi adalah sekolah yang berusaha menumbuhsuburkan kekuatan-dahsyat imajinasi. Sekolah ini tetap sebagaimana sekolah normal yang mengajarkan mata pelajaran sesuai kurikulum, hanya memasukkan kemampuan berimajinasi dalam setiap kegiatan belajar-mengajarkannya. Bagaimana caranya?
Pertama,setiap pengajarapa pun bidang mata pelajarannyaperlu mengumpulkan sebanyak mungkin dongeng dan berusaha menguasai kiat-kiat mendongeng atau bertutur dengan gaya bercerita yang mengesankan plus menggugah.Dongeng dapat menciptakan sayap kepada setiap orang yang mendengarkan dongeng. (Lihat buku bagus karyaGeorge W. Burns, 101 Kisah yang memberdayakan, Kaifa,2004).Kedua, upayakan setiap memulai mengajar, para guru itu membawa tulisan atau buku yang berisi dongeng.Sebelum para guru memasuki kelasnya, mereka perlu berlatih di rumah untuk membaca dongeng-dongeng itudan merasakan efek-mengubah dari dongeng yang ingin dibacakannya. Mula-mula, mungkin dongeng itu tak terkait dengan mata pelajaran yang ingin diajarkannya.Ini tidak ada masalah. Yang penting, yakinlah bahwa dongen dapat memberikan sayap dan mampu merangsang munculnya daya-daya imajinasi. Bagaimana jika anak didik malah tertarik dengan dongeng dan mengabaikan mata pelajaran? Ini dapat dibicarakan kemudian setelah pembacaan dongeng itu dipraktikkan lebih dahulu secara kontinu?Ketiga, ajaklah para anak didik juga mengumpulkan dongeng-dongeng yang membuat mereka memiliki sayap. Suatu ketika, bukan hanya guru yang mengawali pengajarannya dengan dongeng. Mintalah kepada para siswa agar mereka mau dan mampu membacakan dongeng-dongeng yang disukai dan yang telah menggugah dirinya untuk membangkitkan daya-daya imajinasinya.Sekali lagi, pengumpulan dongeng ini dapat dilakukan dengan mencari di buku-buku, di legenda-legenda,ataupun juga di film-film yang membangkitkan imajinasi.Saya tidak akan memperpanjang cara-cara praktis dan mudah yang dapat dipraktikkan di sekolah imajinasi.Atau, saya tidak akan membuat semacam kurikulum atau silabus atau pedoman pengajaran atau hal-hal lain yang malah dapat memberatkan yang ingin mencoba dan mempraktikkannya. Saya kira, usulan saya tersebutdapat dijalankan lebih dahulu. Telah lama saya menemukan buku-buku yang berceritabaik itu ditulis secara ilmiah maupun bukanyang kemudian membangkitkan emosi dan meningkatkan kecerdasan emosi saya. Selamatmenciptakan sekolah imajinasi dalam diri Anda.[]Hernowo